Prologue

“Iya. Gue emang suka sama lo, Albiru Kavi.”

Seketika suasana di kantin senyap mendengar pengakuan Keilana.

Namun keheningan itu hanya berlangsung sejenak. Di detik berikutnya, bisikan para pengunjung kantin memenuhi telinga. Keilana menatap Biru dengan sorot mata kesal. Sementara itu, Biru masih bertahan dengan ekspresi dinginnya yang mampu menggetarkan hati dan jiwa kaum hawa.

Tiba-tiba Biru mendengus.

“Siapa yang suruh lo suka sama gue? Nggak sadar diri lo?”

“Siapa lo berani ngatur hati gue?!” balas Keilana berapi-api.

“Masih nanya? Perlu gue tulis di jidat jenong lo kalo gue ini anak pemilik kampus? Idup lo juga bisa gue atur. Gue bisa bikin lo menderita.”

“Hahahaha!” tawa Keilana tiba-tiba membahana di seantero kantin.

Tanpa ragu, ia mendekati dan menepuk pundak pemuda itu. Sontak Biru menepis dengan kasar. Tawa itu mendadak terhenti. Keilana memandang Biru tajam.

“Lo bego?! Gue—suka—sama—elo?! Elo bener-bener percaya?!”

Ia mendorong bahu Biru.

“Lo denger baik-baik. Gue emang miskin, tapi suka sama elo adalah hal ter-nggak mungkin yang bakal gue lakuin. Lo ngarep gue ngejar-ngejar lo kayak cewek lain? Nggak akan! Harga diri gue lebih tinggi dari Monas. Gue nggak akan rendahin diri buat cowok yang sombongin harta orangtua macem lo! Bisa apa lo selain cari masalah? Nggak ada! Modal tampang doang songongnya udah kayak yang punya Indonesia!”

Wajah Biru merah padam. Tangannya nyaris mendarat di pipi gadis itu.

1 thought on “Prologue”

  1. Pingback: Manoj Punjabi - BiruLana

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *