‘Surat dari Praha’ Dikirim untuk Seleksi Piala Oscar

[ad_1]

Jakarta

Sejak tahun 1987, Indonesia secara rutin mengirim film untuk seleksi Academy Awards di kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Tahun ini, komite seleksi memilih ‘Surat dari Praha’ sebagai perwakilan.

Film garapan sutradara Angga Sasongko itu dipilih oleh komite seleksi yang berisi 13 pelaku film. Ada Reza Rahadian (Aktor), Benni Setiawan (Penulis Skenario dan Sutradara), Arnold J Limasnax (Produser), Firman Bintang (Produser), Musfar Yasin (Penulis Skenario), Manoj Punjabi (Produser), Roy Lolang (Director of Photography), Sheila Timothy (Produser), Thoersi Argeswara (Music Director), Yudi Datau (Director of Photography) dan Zairin Zain (Produser).

“Setelah proses seleksi dari komite film, yang akan Indonesia kirim adalah film ‘Surat dari Praha’. Ini suatu kebanggaan dari kami,” ungkap Arnold J Limasnax, salah seorang produser yang juga menjadi anggota komite seleksidi Plaza Indonesia XXI, Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (23/9).

“Terima kasih kepada komite seleksi yang mempercayakan film Surat Dari Praha ini sebagai wakil Indonesia,” kata sutradara Angga Dwimas Sasongko.

Setelah Usmar Ismail Awards dan International Premiere di Jepang beberapa waktu lalu, Angga bersyukur ‘Surat dari Praha’ dipercaya mewakili Indonesia dalam seleksi Academy Awards untuk kategori Foreign Language Film. Selain merasa bangga, dia juga menganggap kepercayaan tersebut sebagai beban.

“Beban untuk terus konsisten memandang film bukan hanya sebagai komoditi, tapi juga nilai seni yang penting untuk peradaban,” katanya.

‘Surat dari Praha’ bercerita tentang kehidupan seorang eksil yang lama tak bisa pulang ke Tanah Air karena status kewarganegaraannya dicabut saat peristiwa ’65. Adalah Laras (Julie Estelle), seorang perempuan muda yang diberi wasiat oleh ibunya untuk terbang ke Praha membawa sebuah kotak kepada seseorang bernama Jaya (Tio Pakusadewo). Pertemuan keduanya namun tak berjalan dengan mulus. Di mata Jaya, munculnya Laras dalam kehidupannya saat ini justru membuka luka yang telah ia simpan sejak lama.

“Film ini dibuat dengan keinginan sederhana; menceritakan kisah Indonesia kecil di Praha yang tak banyak penonton film kita, terutama yang berusia muda, ketahui. Semangat dan kegelisahan saya bercerita membawa saya pada pengalaman luar biasa,” lanjut Angga.

(ich/ich)

[ad_2]

Sumber

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *